Selasa, 05 Juni 2012

Ijen Enggan Cairkan Rp 3,5 M kalau Tanpa Jaminan


Harapan 24 pemain Arema menikmati gaji sesuai kontrak 2011-212, tampaknya masih abu-abu. Pasalnya, hingga kemarin, Ijen Nirwana belum berani mencairkan dana Rp 3,5 miliar miliknya karena tidak ada jaminan dari perusahaan kelompok Bakrie Grup di Jatim.

‘’Dia (Ijen Nirwana) ada uang cash Rp 3,5 miliar untuk bayar pemain. Tapi, Ijen Nirwana tidak berani mencairkan karena uang Rp 3,5 miliar itu bukan menjadi kewajiban dia,’’ tutur sumber MP dikalangan investor yang wanti-wanti tidak dikorankan namanya, kemarin malam.

Secara detail dan panjang lebar, sumber yang mengetahui mengaku persis kondisi keuangan Arema ini, mencoba memaparkannya. Mulai dari asal muasal munculnya angka Rp 3,5 miliar sampai macetnya gaji pemain dan sisa bayar kontrak pemain Arema di putaran kedua.

Sesuai klausul dalam Memorandum of Understanding (MoU) masa kompetisi 2011-2012 disebutkan bahwa kebutuhan gaji pemain, gaji asisten pelatih, pelatih dan juga uang sisa kontrak disepakati sebesar Rp 4,5 miliar. Angka sebesar ini akan dikucurkan oleh Ijen Nirwana, Malang.

Tetapi, untuk mengucurkan dana Rp 4,5 miliar ini Ijen Nirwana tidak sendirian. Sebaliknya, yang menjadi kewajiban riil Ijen Nirwana hanya Rp 1 miliar. Sisanya, Rp 3,5 miliar ditanggung perusahaan Bakrie Grup yang ada di Jatim, misalnya, PT Minarak Lapindo Jaya dan lima perusahaan lainnya.

‘’Karena merasa nama Ijen Nirwana menjadi pioneer pendanaan Arema dan dijatah Rp 1 miliar, Ijen Nirwana pun langsung mengucurkan kewajibannya. Sedang, perusahaan Bakrie lainnya sampai sekarang belum memenuhi kewajibannya,’’ paparnya.
Usut punya usut, enam perusahaan Bakrie di Jatim enggan membayar kewajibannya ke Arema melalui Ijen Nirwana karena logo perusahaan mereka tidak dicantumkan di kostum pemain Arema. Yang di pasang hanya logo Ijen Nirwana saja. ‘’Persoalan ini memang kelihatan sepele. Tetapi, karena merasa ikut bertanggung jawab, mereka pun mungkin pikir-pikir kalau diperlakukan seperti itu,’’ ucapnya.

Hal lainnya yang menjadikan mereka enggan membayar Rp 3,5 miliar, bisa jadi karena tidak semua usaha mereka sebagus Ijen Nirwana. Sebagai contoh, bisnis Minarak di Jatim hingga hari ini belum ada tanda-tanda berjalan baik. Sebaliknya, justru Minarak terus diuber-uber warga korban lumpur Lapindo.
Ditambahkan dia, karena merasa sangat bertanggung jawab terhadap kelangsungan Arema Ijen Nirwana berniat nalangi Rp 3,5 miliar. Tetapi, persoalannya karena tidak ada jaminan kapan uangnya bisa dikembalikan Grup Bakrie lainnya di Jatim, Ijen Nirwana pun pantas untuk pikir-pikir.

‘’Bisa saja, Ijen menggunakan uang modal kerjanya. Tapi, kalau tidak ada jaminan dan uang terlanjur dicairkan ke Arema, maka Ijen akan ke-ponthal-phontal. Bisa-bisa bisnisnya akan terganggu karena modal untuk bangun rumah terlanjur kenyut,’’ kilahnya sembari tersenyum.

Sementara itu dari investigasi MP menunjukkan, jika Rp 3,5 miliar itu cair maka uang itu tidak akan ada sisa sepersenpun. Selain untuk membayar gaji pemain sekitar Rp 800 juta (1,5 bulan per pemain), sisa kontrak yang harus dibayar cukup besar. Karena rata-rata pemain baru kontraknya baru dibayar 25 persen.
‘’Kalau tidak salah, paling mahal Herman Dzumafo. Nilai kontraknya sekitar Rp 450 juta dan baru diterima dia 25 persennya. Kalau saya jadi pemain, tentu kondisi ini sangat menyulitkan. Di satu sisi disuruh main bagus, tapi di sisi lain bayaran tidak terima,’’ pungkasnya.

#Salamsatujiwa

Via : Malang post

Tidak ada komentar:

Posting Komentar